Hello!
Well I guess this is the first post since I unchecked the Publish button on the Settings menu. This blog has been on hiatus for quite sometime, yet I'm trying to be back with some old posts. Let's consider this as an effort to more upcoming posts. Can I get an amen here? :)
Cheers!
-Che-
Friday, 2 January 2015
Jogja in 4 Hours : Remembering Childhood
Sebenernya
 nggak ada niatan gitu sih  X)) 
Berawal dari sebuah tantangan yang 
deadlinenya tinggal beberapa hari sejak tahu kabarnya, nggak pake mikir 
ada duit atau enggak langsung ambil keputusan buat cabut ke Jogja. 
Berangkat Sabtu pagi dari Surabaya dan sepanjang perjalanan terus 
memikirkan plan A plan B mau pakai tema apa perjalanan kali ini. Sedikit
 susah untuk orang yang hampir selalu ga punya tema untuk mengunjungi 
tempat-tempat wisata selama ini, asal menclok sana sini tempat yang mau 
dikunjungi sesuai keinginan hati. Hmm apa wisata sejarah dan religi aja 
ya? Ambil momen bulan puasa sekalian, sambil cari-cari masjid / wisata 
sejarah Islam lainnya. Ternyata banyak yang nggak terjangkau Trans Jogja
 (ini masuk di persyaratan), okay banting setirlah ke tempat-tempat 
wisata yang belum pernah dikunjungi sebelumnya. Taman Pintar, Museum 
Anak Kolong Tangga,...wait, tempat-tempat ini erat kaitannya dengan 
anak-anak dan mudah diakses dengan Trans Jogja. 
Well, let's give it a 
try..
Turun
 dari Sancaka pukul 12.30 siang yang pertama kali dicari adalah musholla
 buat beristirahat sejenak sekaligus sholat sebelum memulai petualangan *macam Sherina aja*
 . Untunglah halte Trans Jogja ga jauh dari Masjid yang bisa ditempuh 
dengan berjalan kaki dari stasiun Tugu, kelar sholat langsung tancap 
naik bus jalur 1A yang berhenti di depan Taman Pintar. Tapi bukan itu 
tujuan pertamanya melainkan ini..
Museum
 ini terletak di Taman Budaya Yogyakarta, tidak jauh dari Taman Pintar. 
Untuk menuju kesana dari halte Taman Pintar tinggal jalan lurus dari 
pintu keluar lalu belok kiri di ujung jalan. Banyak penjual buku bekas 
yang akan dilewati saat menuju kesini sampai sempet tergoda buat mampir,
 tapi akhirnya tetap berjalan sampai akhirnya menemui bangunan ini 
--> 
 
 
Huwow! 
Besar ternyata tempatnya...tapi kok tampak kosong ya? Sempat mengitari 
sampai belakang gedung tapi belum juga menemukan petunjuk keberadaan 
museum apapun. Setelah tanya ke toko souvenir di bawah, ternyata 
museumnya terletak di lt. 2 dan naik dari tangga depan #hadeh. Begitu 
sampai di lt. 2 tempat museum ini berada, gambar di atas akan langsung 
menyambut pandangan seakan menegaskan bahwa benar ini tempatnya dan 
seakan memberi jawaban kenapa ada julukan "Kolong Tangga" untuk museum 
ini. 
Bergegas saya menuju pintu masuk dan mulai menelusuri seluruh 
koleksi mainan Rudi Cohen di museum ini. Koleksi demi koleksi membuka 
semua kenangan tentang masa kecil, memudarkan muka default yang kaku 
menjadi berhiaskan senyum lebar :) Aaak, rasanya pengen teriak-teriak 
kesenengan waktu itu tapi takut dikira orang gila kalo teriak-teriak 
sendirian. Plus waktu itu hanya saya pengunjung museum yang datang, 
alhasil cengar-cengir sendirian mumpung ga ada yang liat :P. Rudi Cohen 
mengumpulkan seluruh mainan dari penjuru dunia, tidak hanya Indonesia. 
Lewat museum ini saya baru tahu mainan yang memiliki sejarah tersendiri.
 Sayang karena keterbatasan tempat, museum yang bersahaja ini hanya 
menampung 500 dari total 6000 koleksi mainan yang dimiliki oleh Rudi 
Cohen.
Lihat
 gambar di atas, ternyata kata-kata lebai sudah ada dari jaman baheula 
ya. Hahah! Kalau diperhatikan koleksi yang ada di museum ini didominasi 
aneka macam boneka, entah itu untuk pertunjukan shadow puppet atau 
boneka biasa. Menurut mas Jovan, pak Rudi Cohen ini aslinya emang Shadow
 Puppet Master. Huwow! Rasanya sudah lama kapan terakhir kali lihat 
pertunjukan wayang boneka kaya gini ya, sayang keinginan pak Rudi ini 
belum keturutan sampai sekarang. He already plan it actually dengan 
ngajak mas Jovan untuk kolaborasi. Pak Rudi jadi dalangnya dan musik 
pengisinya dari band dia, sounds great eh?! Not. Ternyata band dia 
biasanya mainin musik rock underground gitu :| Okay, better search 
another band to collaborate with, atau mungkin band nya mau ganti 
aliran? :lol: Mengitari museum ini dari awal sampai akhir membuat saya 
mengingat-ingat dimana mainan-mainan saya dulu berada ya? Uhm, kalaupun 
masih ada sepertinya sudah tidak layak pakai karena waktu kecil kalau 
main brutal cenderung merusak mainan daripada disayang-sayang :"> Di 
pintu keluar, saya kembali ke dekat pintu masuk untuk melihat beberapa 
mainan yang dijual yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk membeli 
mainan-mainan ini :
Bongkar Pasang dan Plembungan! Eh, apa ya kalau bahasa Indonesianya? Kalau waktu kecil dulu paling sering main ini dan bersaing siapa yang bikin balon paling gede X)) Kalau bongkar pasang sih khas cewek banget ya, drama! XD Selain 2 mainan di atas, toko kelontong di depan pintu masuk museum ini juga menjual beraneka macam mainan dan kartu bergambar. It's like you can find some treasures there! :D
Puas nostalgia masa kecil yang sebenernya hampir lupa ngapain aja dengan mainan-mainan ini, barulah
 saya menuju ke Taman Pintar. Tempat wisata anak yang mainstream banget 
dan ramenya naudzubillah kalau musim liburan / lebaran. Sempat khawatir 
juga kalau Sabtu begini bakal rame banget dan takut ga bakal nyaman 
keliling sendirian. Eh ternyata enggak! Masuk lewat pintu samping dekat 
musholla, saya memilih untuk duduk di dekat wahana air menari.
Walaupun
 nggak ikut main, tapi menyenangkan rasanya lihat anak-anak kecil 
bermain sambil didampingi orang tuanya masing-masing.  Melihat 
wajah-wajah penasaran mereka mencoba wahana-wahana yang ada itu bikin 
gemes sampai akhirnya saya juga ikutan mencoba. Yah tapi garing juga, 
ngga ada yang nungguin, ngeliatin apalagi ngasih semangat #yakali XD. Agak lama saya duduk di
 dekat anak ini bermain air, sekalian istirahat dan memandangi wahana di
 sekitar. Puas memandangi anak-anak kecil ini, saya memutuskan untuk 
berjalan-jalan di luar gedung terlebih dahulu sebelum memasukinya. Hal 
yang baru saya sadari ternyata ada Rumah Gerabah dan Rumah Batik tepat 
di dekat pintu masuk gedung. Weh, kemana aja ya selama ini? Berhubung 
waktu masuk ke 2 tempat ini seluruh mata langsung memandang *soalnya yang main pada anak kecil semua X( *,
 pasrah akhirnya harus puas hanya beberapa kali mengambil gambar 
walaupun sebenarnya pengen banget membatik dan bikin kerajinan gerabah. 
Lihat anak kecil khusyuk bikin gerabah sampai saya nggak boleh lihat dia
 lagi bikin apa ini bikin gemesh *cubit pipi*, tapi emaknya 
ngeliatin terus dikira anaknya mau diapa-apain. Yasudah akhirnya saya 
cabut dan memutuskan untuk masuk ruang memorabilia terlebih dahulu 
sebelum masuk gedung utama Taman Pintar dan sebelum dipelototin sama ibuknya.
Buat
 saya pribadi, ruang memorabilia ini sudah bagus penataannya sih. Dibagi
 menjadi per cerita sejarah tersendiri seperti sejarah keraton 
Jogjakarta, tokoh pendidikan di Indonesia, dan sejarah kepresidenan. 
Sayangnya rada membosankan dan kurang interaktif karena terlalu banyak 
teks, atau mungkin saya saja yang terlalu menikmati visual daripada 
membaca teks yang terlalu panjang dan banyak. Akhirnya saya hanya 
menikmati memorabilia yang dipajang di tengah-tengah ruangan per 
masing-masing bagian. Paling menarik perhatian saya adalah memorabilia 
pak Beye. Diantara semua presiden Indonesia lain, memorabilia beliau ini
 paling banyak lho. Sementara presiden lain ada memorabilia penghargaan 
dirgantara se Asia *you know who*, memorabilia beliau adalah 
baju olahraga, album lagu-lagu ciptaannya serta buku karangannya. Miris.
 Atau harusnya senang, punya presiden yang memiliki keahlian lebih di 
bidang kesenian? Heheheh...kalau saya sih prihatin pak :D  
Melihat 
memorabilia penghargaan dirgantara tadi saya jadi teringat masa kecil 
saya yang selalu menjawab "Pak Habibie!" jika ditanya ingin jadi seperti
 apa saya waktu besar nanti. Sosok pak Habibie memang dikenal cerdas dan
 pintar waktu itu, sampai jadi panutan meskipun cita-cita anak kecil 
waktu itu kebanyakan berkisar ingin jadi dokter, perawat dll.
Masuk
 ke Gedung Oval-Kotak yang merupakan gedung utama dimana wahana 
interaktif dan permainan paling banyak diletakkan disini adalah tujuan 
berikutnya setelah Gedung Memorabilia. Begitu masuk gedung ini, saya 
langsung disambut oleh patung dinosaurus. Bukannya serem malah pengen 
ketawa gara-gara ingat Jebraw di video ini :lol:
 Sejak kesini terakhir 2 tahun yang lalu, ada beberapa perubahan yang 
dengan tambahan zona Aqua dan zona TIK. Zona Aqua menampilkan proses 
pembuatan air mineral kemasan mulai dari penelitian mata air hingga air 
kemasan tersebut siap dipasarkan dan sampai ke tangan kita, sedangkan 
Zona TIK ini paling bikin mupeng. Pengunjung bisa coba Xbox Kinect 
gratis! Aaaakk, lagi-lagi saya malu mau nyobain karena sendirian dan 
yang jaga mas-mas dengan tatapan heran karena saya lewat bolak balik 
tapi ga masuk zona tadi >.<. Akhirnya saya meleng ke zona 
sebelahnya yang berisi banyak televisi yang menampilkan bintang dan 
aurora dengan teknologi dari Microsoft hanya dengan menggerakkan mouse 
untuk memilih menu rasi bintang apa yang ingin kita tampilkan. Keren! 
Keluar dari zona terkeren yang ada di Gedung Oval-Kotak ini, perjalanan 
dilanjutkan dengan mencoba peraga-peraga lain yang ada di gedung ini. 
Capek menenteng backpack jumbo kemana-mana, saya memutuskan untuk 
beristirahat di perpustakaan sekalian mencari wifi gratis. Beristirahat 
sambil nyicil mengetik dan browsing kemana tujuan berikutnya, pikirku. 
Tempat yang berhubungan erat dengan anak-anak, mudah diakses dari halte 
Trans Jogja Taman Pintar, dan belum pernah saya kunjungi. Hmm,... 
terlintas satu tujuan. Kebun Binatang Gembiraloka. Alright, let's go 
there. Semoga ada tambahan bahan tulisan dari destinasi saya berikutnya 
ini. Sebelum mulai berjalan saya melihat-lihat keadaan sekitar 
perpustakaan yang sepi ini, cukup menyenangkan dengan beberapa koleksi 
buku, wifi yang lumayan cepat dan warna-warna cerah yang bisa membuat 
anak-anak betah. Plus, pemandangan depan perpustakaan yang bisa melihat 
aktivitas jual-beli pengunjung pasar buku bekas di depan jendela persis.
 Quite relaxing :)
Dengan
 sekali naik Trans Jogja di halte Taman Pintar, Gembiraloka bisa diakses
 tanpa harus ganti jalur atau transit di halte tertentu. Turun di halte 
Gembiraloka saya langsung berjalan ke area kebun binatang. Dan ternyata 
jalannya menanjak sodara-sodara....*bahu cenat cenut*. Daripada
 mengeluh capai, saya memilih untuk mengeluarkan kamera dan mencoba 
menikmati jalan yang menanjak disusul turunan dan lumayan panjang itu *peras keringat*. 
Begitu
 sampai di depan loket yang keliatan ga nyampe-nyampe, ternyata lagi ada
 promo tiket gratis naik kapal selama bulan puasa. Huwow! Langsung deh 
minta sekalian tiket masuk walaupun mikir kayaknya tiket ini nggak bakal
 kepake juga, ngapain aja gitu naik kapal di kebun binatang. Sempat 
terlintas di pikiran saya bahwa kebun binatang ini nggak jauh beda 
dengan KBS : bau, kumuh, kurang terawat dan binatangnya itu-itu saja. 
Dugaan saya dikalahkan oleh tempat yang bersih, katalog lengkap tentang 
denah peta kebun binatang lengkap dengan info terkait, serta area yang 
nyaman untuk berjalan kaki. Meskipun sore itu rasanya terik, tapi tidak 
terlalu panas karena banyaknya pepohonan di sepanjang jalan yang membuat
 pemandangan tidak terlalu gersang. Dari katalog yang diberikan di awal 
kelihatan bahwa koleksi hewan disini lumayan banyak dan terbagi dari 
zona A sampai F, sama seperti yang diinfokan di website
 mereka. Glek. Ngelihat rutenya yang berkilo-kilo meter dan buanyaknya 
koleksi hewan mereka, saya memilih untuk mengambil shortcut ke jalan 
keluar yang ternyata tetep aja jauh. Apakabar bahan tulisan? Ngambil dari katalog sama foto beberapa objek aja lah *cemen*.
Waktu
 menunjukkan pukul 4.30 sore, waktunya saya harus bergegas mencari 
musholla dan melaksanakan sholat Ashar. Beruntung di dekat pintu keluar yang menanjak itu!! 
 ada musholla sederhana tempat para wisatawan melepas lelah. Sambil 
mengumpulkan tenaga sebelum akhirnya pulang saya menyadari, mengejar 
mimpi yang satu ini memang tidak mudah. Menulis membutuhkan ide yang 
segar dan sudut pandang yang unik, membuat saya harus berjalan cukup 
jauh sambil memanggul backpack yang cukup besar di bulan puasa ini untuk
 mencari sesuatu bernama inspirasi. Buat apa? Buat apa saya jauh-jauh 
kemari untuk bahan tulisan ini? Apa saya nanti bisa tembus tantangan ini
 dan mewujudkan mimpi? Sounds cheesy, but that was come to mind. 
Huff, 
pada akhirnya saya menyerah. Lebih memilih untuk mendengarkan kata hati 
dan membuat diri ini nyaman agar tidak terlalu tertekan dan biar ide 
bisa mengalir dengan lancar. Toh perjalanan ini sudah membawa banyak 
keuntungan buat saya : kepuasan untuk berpergian sendiri, membuat saya 
menikmati kenangan masa kecil tanpa ada gangguan, merasakan bagaimana 
sulitnya seorang penulis untuk bisa menghasilkan bahan tulisan yang 
baik. Walaupun pada akhirnya saya tidak berhasil menaklukkan tantangan 
menulis ini karena skill menulis yang masih sangat kurang, but I'm happy
 thou'. Sebagai orang yang tiap tahun pulang ke Jogja, rasanya baru kali
 ini saya pergi untuk mengenali kota sendiri dari sudut pandang lain. 
Thanks for the challenge, I may not having the opportunity for now but 
it is paid with this journey :) Alhamdulillah...
Cheers,
*This post was actually written on 12 Sept 2012
A Hidden Treasure in Lumajang
Lumajang.
Jika
 mendengar nama kota itu disebut apa yang pertama kali muncul di 
pikiran? Pisang yang gedenya naudzubillah. Iya itu sih yang muncul di 
pikiran. Semakin hopeless waktu teman kantor bilang kalau di Lumajang 
itu nggak ada apa-apa, angkutan umum susah dan nggak ada taksi. Ini kota
 di Indonesia apa setting film I Am Legend sih? Berhubung kemarin ke 
Lumajang untuk menghadiri acara nikahan, akhirnya nggak berharap apa-apa
 selain menghadiri nikahan dan buru-buru cabut ke Surabaya lagi. 
Transportasi umum yang biasa digunakan untuk pergi ke Lumajang dari 
Surabaya yang nyaman adalah travel. Jika tidak punya banyak waktu 
seperti saya waktu itu, bis kota bisa menjadi pilihan. 
Tips dari teman 
yang penduduk asli Lumajang, naik bis patas dari Terminal Purabaya 
(Bungurasih) ke jurusan Probolinggo. Dari terminal Probolinggo lanjut 
naik bis ekonomi ke arah Jember. Kenapa nggak langsung aja dari Purabaya
 ke jurusan Jember? Lebih mahal tarifnya karena langsung dipatok full 
biaya sampai Jember. Ini tips berguna banget buat yang lagi bokek berat 
macam saya kemarin XD Turun di Terminal Wonorejo namanya, hanya tersedia
 beberapa angkot yang sedang menunggu penumpang serta beberapa becak dan
 kendaraan L300. Bersyukur saya yang waktu itu berdua dengan teman punya
 kenalan disana yang menjemput dan bersedia mengantar kami kemanapun. 
Alhamdulillah! 
Berawal tentang obrolan betapa sulitnya mencari 
penginapan waktu itu, akhirnya tiba pada satu kesimpulan bahwa Lumajang 
sedang ramai dikunjungi karena ada acara Kuningan. Wah, ada objek foto 
nih! Akhirnya kami sepakati hari Minggu besoknya untuk berkunjung ke 
Pura Mandhara di Senduro, Lumajang.
Dari
 tempat penginapan kami di daerah Sukodono, perjalanan ke Pura Mandhara 
dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan jarak sekitar 15-20 km. Daerah 
Senduro ini termasuk dataran tinggi di daerah Lumajang, alhasil hawanya 
lebih sejuk daripada daerah tempat menginap kami yang padahal kalau 
malam dinginnya menggigit :-s Selain kendaraan pribadi, pura Mandhara 
ini hanya bisa diakses dengan kendaraan L300. Begitu sampai di Pura, 
ternyata sudah sepi karena acara Kuningan berlangsung hari Sabtu 
kemarin. Yah, baiklah, kita coba explore bagian dalamnya aja deh ya..

Gasp.
 Never thought that I'm gonna get such a wonderful view from the top of 
Lumajang! Perpaduan antara langit cerah, sisa-sisa acara Kuningan dan 
bentuk bangunan jadi kesatuan yang bikin senyum-senyum sendiri. 
Subhanallah :) Mohon maaf gambarnya bokeh ya, percobaan pertama pake 
wide-lens dan saya belum paham bagaimana setting-settingnya :lol: 
Seharusnya bisa lebih bagus dari ini, better luck next time deh :D
Jadi, siapa bilang di Lumajang nggak ada apa-apanya? :D
Sepertinya
 ungkapan don't judge a book by it's cover kejadian deh ya, semacam kita
 ngga akan pernah tau apa yang akan kita dapat kalau kita nggak 
benar-benar mencari tahu lebih dalam. Mungkin sama kaya potensi diri 
kita sendiri, seseorang yang berpikir bahwa dia nggak bakat/nggak ahli 
apa-apa sebenarnya punya sesuatu yang berharga yang belum ia temukan 
sendiri. Coba bertanya lebih dalam ke diri kita sendiri, sudahkah kita 
menemukan potensi yang selama ini tersembunyi?
*This post is actually written on 12 Sept 2012
*This post is actually written on 12 Sept 2012
Saudi Arabia, The Journey To The Centre of The Energy
Berkunjung
 ke Saudi Arabia, belum afdol kalo belum mengunjungi 2 kota ini : 
Madinah dan Makkah. Beda kota, beda banget kesan yang 
ditinggalkan oleh masing-masing kota. So take a deep breath, prepare for
 this long story.......
- Madinah
 
Kota
 Madinah identik dengan Nabi Muhammad Rasulullah SWT. Di kota ini 
terdapat makam beliau yang terletak di kompleks Masjid Nabawi, maka 
sangat dianjurkan bagi kita untuk mengucap salam dan shalawat sesering 
mungkin pada saat kita berada di kota Madinah, saat kita hanya berjarak 
beberapa meter dari persinggahan beliau :) Alhamdulillah, selama sekitar
 3 hari disana ga pernah kesulitan untuk pergi ke Masjid Nabawi saking 
dekatnya jarak hotel-masjid. 1 hal yang sangat aku nikmati selama berada
 di kota ini (dan di Makkah), disinilah kita benar-benar merasakan 
kerja/beraktivitas ditengah-tengah sholat, bukan sholat di tengah-tengah
 aktivitas. Hal yang sayangnya masih belum bisa dirasakan penuh selama 
disini, tapi gapapa insya Allah nantinya bisa dilakukan. Hanya masalah 
mindset dan kebiasaan :)
Meskipun
 udah pernah lihat Masjid Nabawi di internet atau tipi, liat live tetep 
aja bikin bengong. Apalagi waktu masuk kedalamnya, hal yang terlintas 
pertama : 
"ini masuk lewat manaa?" (pintu cewek cowok dibedain, jauh banget)"iki engkok nyasar piyeee?"
Bermentalkan bonek kita (me, mom and 
sisters) langsung belok kanan dari pintu masuk begitu ngeliat plang 
petunjuk pintu perempuan. Semakin lama jalan semakin nyadar, kok 
ngelawan arus? Ternyata kita salah jalan saudara-saudara, bukan semakin 
mendekati pintu perempuan malah semakin mendekati pintu laki-laki. Bubar
 jalan puter balik dan ngepotlah kita ke pintu yang sebenarnya.
Begitu
 masuk ke Masjid Nabawi, Subhanallah....kok pada berhenti di depan 
pintu? Pada ngelihatin apa, pikirku. Begitu kita masuk antrian, oh 
ternyata diperiksa satu-satu sama askar Masjid Nabawi.  
*Fyi, mereka sering ngomong dengan bahasa Indonesia buat negur kita loh. Jadi, jangan sampe keceplosan ngomel ya :P 
Untuk perempuan memang lebih ketat aturannya untuk masuk masjid ini 
ketimbang laki-laki yaitu kita dilarang untuk membawa ponsel berkamera. 
Ponsel kamera kalo ketahuan aja udah diusir keluar, gimana bawa kamera 
ya :| Berkebalikan sama laki-laki, mereka bebas aja gitu boleh bawa hape
 berkamera atau bahkan kamera apapun. Pernah lihat banyak yang bawa-bawa
 kamera pocket, tapi belom pernah lihat yang nenteng-nenteng DSLR sih 
(ya ngapain juga kali che -___-" ) Jadi yaa Hajjah, kalau mau ambil 
gambar di dalam Masjid Nabawi titip kamera ke mahrom nya aja yaa ;)
Banyak
 kejadian berkesan waktu di Masjid Nabawi, the ultimate one adalah saat 
giliran kita ke Raudhoh. Raudhoh adalah tempat yang paling mustajabah 
untuk berdo'a, apapun. Pada saat kelak hari kiamat, secuil tempat di 
Masjid Nabawi inilah yang nantinya akan diangkat ke surga. Ga heran kalo
 nama lain dari tempat ini adalah taman surga. Dari keutamaannya ini, 
siapa yang akhirnya ngga berlomba-lomba untuk bisa berdo'a dengan puas 
disini? Jama'ah laki-laki ngga punya batasan waktu untuk berkunjung ke 
Raudhoh dan melihat makam Rasulullah. But it's not that easy for us, 
women. Kunjungan perempuan ke Raudhoh dibatasi, dari waktu dhuha - jam 
11 siang, dan dari ba'da Isya- jam 3 pagi. Itupun, harus berombongan 
atau dengan mahromnya. Kemudahan kalau kita ikut tour, pada sesi ini 
kita ditemani perwakilan tour dan dia kenal sama askar-askar Masjid 
Nabawi pleus hapal jadwal kapan kita bisa masuk Raudhoh. Pembagian grup 
untuk bisa masuk Raudhoh dibagi berdasarkan ras, Arab, India, Asia 
Tenggara dan Others. Ras Arab biasanya dipersilahkan masuk terlebih 
dahulu, baru Asia Tenggara , disusul India and Others. Pembagian ini 
bukan bermaksud rasis sih menurutku, justru untuk memudahkan askar 
"mengusir" grup mana yang sudah seharusnya keluar dari Raudhah karena 
sudah terlalu lama meng-occupied Raudhoh. Kenapa bisa gitu? Raudhoh itu 
luasnya ngga lebih dari sekitar 5 shaf dan per shafnya kira-kira bisa 
diisi 15an orang. Sedangkan yang mau mengisi tempat itu yang antri 
ribuan orang. Bisa dibayangkan persaingan yang terjadi? Dan yang 
bersaing adalah perempuan pula..... Kalau memang persaingan semakin 
chaos pada saat disini, dapat shaf manapun ga masalah. Langsung 
laksanakan shalat hajat dan shalat sunnah 2 rakaat dilanjut dengan do'a 
sepuasnya. Bisa dapet shaf pertama itu Alhamdulillah, but don't waste 
your time just to wait for that. Begitu injak karpet warna hijau, go! 
Bismillah, semoga bisa langsung khusyuk berdo'a di tengah riweuhnya 
sekitar, dan ga mengharap apa-apa selain ridho Allah plus sholawat 
bener-bener karena kita berada deket banget sama makam Rasul, 
bener-bener di hadapan hanya terhalang hijab tipis. Subhanallah...
 
Intinya, harus bener-bener memanfaatkan waktu yang singkat di Raudhoh 
karena kita ga akan pernah tau kapan bisa diusir sama askar-askar 
itu....... (.___.   )"
- Makkah
 
Mekkah
 jadi persinggahan terakhir sebelum Jeddah pada perjalanan kali ini. 
Boleh dibilang disinilah puncaknya, puncak segala emosi dan keletihan 
fisik itu diuji. Bayangin aja setelah sekitar 5 jam menempuh perjalanan 
dari kota Madinah dengan sudah berpakaian ihrom komplit, sampe di 
Masjidil Harom sekitar jam 10 malam untuk melangsungkan thawaf, sai dan 
tahallul. Walaupun udah ngebayangin bakal gimana waktu ngelihat Ka'bah, 
tetep aja ngelihat sesuatu yang selama ini cuma bisa dilihat di sajadah 
bikin nangis dan lutut lemes seketika.
Talking
 about magic accident or else, pertama kali memang ga ambil pusing. 
Maunya dibawa santai dan nggak terlalu dipikirin mau behave kaya gimana 
asal ngga aneh-aneh aja. Tapi memang yang dasarnya kebiasaan, susah 
diubah.
Sesungguhnya puasa yang paling sulit dilakukan itu adalah puasa komentar
Itu
 salah satunya. Ustadz Munir sudah berkali-kali bilang sih waktu itu, 
jaga lisan jaga pikiran jaga batin terutama untuk Ibu-ibu. Sekecil 
apapun perbuatan yang kita lakukan di Tanah Harom, pasti langsung ada 
ganjarannya. Nyatanya, kadang kita lupa. Beberapa kali kejadian yang 
bikin istighfar berkali-kali disana. Pada kondisi itu bikin aku jadi 
merasa ada di titik rendah sebagai manusia. Serba salah, ngerasa ga 
bener, etc.
Astaghfirullahaladzim..
Memang
 bukan ngomongin jelek atau menjatuhkan sih, tapi gimanapun tetep aja 
malu. Alhamdulillah, Allah cuma ngasih sentilan sayang, bukan pukulan 
tajam :)
Ah, semoga bisa dapat kesempatan lagi untuk mengunjungi 2 kota ini. Tapi dalam kesempatan yang berbeda, pada musim haji. Amiin.....  
*This post was actually written on 7 Dec 2012 
Subscribe to:
Comments (Atom)




















